Kita tak pernah saling kenal, bertatapan langsung atau
melalui media sosial. Yang aku tau, kamu, Surabaya. Dan, kita Indonesia. Tentangmu aku tau Peristiwa 10
November 1945 dengan aksi heroik Arek-arek Suroboyo.
Ledakan api di salah satu Gereja, lokasi pengeboman Surabaya. Sumber: net |
Saya juga masih ingat pernyataan salah satu pemimpin di kota ini yang mengakui kerukunan di Surabaya. “Surabaya memang sudah diakui dunia
dalam hal percontohan kerukunan beragama,” kata Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu
saat menghadiri Tawur Kasanga di Kota Surabaya, Selasa, 08 Maret 2016 seperti dilansir media massa.
Pihak Kepolisian dan TNI sedang melakukan sterilisasi di salahs satu gereja, lokasi pengeboman, Surabaya |
Baca juga: CORENG HARDIKNAS, SISWA EUFORIA CORET SERAGAM, SKRIPSIMU JUGA AKAN DICORET DOSEN DI KAMPUS
Pun demikian, hingga 72 tahun meredeka, rukunnya warga
kota seakan semakin pudar. Kekerasan dan teror kini merajalela. Betapa tidak, bom
diduga aksi bunuh diri meledak di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, pada
Minggu pagi, 13 Mei 2018, saat umat Kristiani melakukan ibadah. Ini sangat
menyengat dan melukai hati anak-anak bangsa.
Serangan bom pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel
Madya Pukul 06.30, sekira pukul 07.30 WIB, jelang limat menit serangan bom
kedua di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno, tak lama kemudian
bom meledak di Gereja Kristen Indonesia Jalan Raya Diponegoro.
Anak-anak
tak berdosa harus pergi. 13 orang tewas, 41 lainnya luka-luka, seperti rilis
berita media hari ini. Apakah ini yang disebut toleransi? Apakah ini yang
disebut sesama anak bangsa yang hidup dari rahim Ibu Pertiwi? Apakah ini yang
disebut sebagai sesama yang diciptakan oleh Tuhan yang sama?
Luka,
jerit dan tangismu hanya ku dengar di layar-layar televisi dan dirasakan lewat
bacaan surat kabar dan media online. Sebagai
sesama anak-anak bangsa, kami berduka-kami merasa kehilangan. Saudara sebangsa dan
seiman kami pergi. Taka ada secuil hasrat ingin membalas. Kami tak sudi dendam;
membalas kejahatan dengan kejahatan
Baca juga: BANGGA, KINI NTT PUNYA KOPERTIS SENDIRI
Percayalah,
tak hanya tangis, doa ini kunaikkan untukmu. Kami tak ingin menggantikan otoritas
Tuhan untuk menghakimi para terduga pelaku pengeboman itu. Kelak, airmata dan
darahmu akan dibalas dan diperhitungkan Tuhan, sesuai waktu-Nya.
Kita
tak tahu kapan insiden ‘terkutuk’ ini akan berlalu, atau malah akan terjadi
lagi di sini atau di pelosok Indonesia yang lain. Kita tak ingin dendam
membara, lalu darah ikut bercucuran membuat negeri ini hancur. Bersatulah
Indonesiaku. Di bawah semboyan “Bhineka Tunggal Ika” kita berdiri menjaga ibu
pertiwi. Tangis dan doaku untukmu, Surabaya; Indonesiaku. (Refael Molina)
0 Comments